Emas ... oh emas.
by, MuznaNAs
Kenangan dengan emas perhiasan ini membuat trauma ternyata. Meski seharusnya kita proposional, bahkan emas adalah nilai yang sangat stabil. Jadi kudu seimbang dalam bersikap dan menilai. Akhirnya saat bisa membelinya, lebih diutamakan membeli emas batangan, begitu saran banyak orang. Dan itu adalah salah satu hadiyah yang bermanfaat jika diberikan.
Seian puluh tahun kemudian.
" Umi, ini hadiyah buat Umi". Kata anak-anak diusiaku yang di atas kepala lima dan sudah ada cucu. sepasang anting-anting camtik, indah dan berharga tentunya.
"Alhamdulillah ....".
"Pake Umi, pasti tambah cantik" kata yang lain, iyalah, kan perempuan.
Masya Allah, benar sih ... mesti tambah cantik, yang biasa tidak pake lalu memakai, jelas beda ya. yang senang tentu siapa lagi kalau bukan suami dan semua anak-anak, kami pun tertawa bahagia.
Barang kecil dalam situasi dan kondisi yang tepat, mampu memberikan kebahagian, apalagi benda itu dibeli dengan patungan dan niat membahagiakan Umi. Jazakumullah ya suami dan anak-anaku semua. Sekarang Umi pake anting-anting, yang lama terkubur dan tak pernah berharap dan ingin membelinya lagi. Kini terwujud tanpa diduga. Masya Allah, Alhamdulillah.
by, MuznaNAs
"Mana anting-antingnya?", tanya ibu saat melihat di telingaku sudah tidak anting-anting pemberiannya.
" Nggak tahu." Jawab ku tanpa dosa.
Ya ... aku tidak tahu betapa berharganya anting-anting emas itu. Dibeli dengan uang hasil menabung tentinya.
Betapa polosnya seorang anak. Memakai perhiasan dan hilang adalah tindakan kurang pas bisa jadi. Sekalipun awalnya sebagai tanda sayang orang tua dan sebagai upaya menabung dalam bentuk emas.
Jika perhiasan itu utuh dalam waktu lama memang akan jadi investasi, namun jika akhirnya hilang, bisa karena teledor atau bisa juga karena di ambil orang tidak bertanggung jawab. Namanya perhiasan digunakan anak kecil yang belum tahu nilainya dan belum bisa menjaganya.
Saat punya anak, aku tidak punya keinginan membelikan perhiasan. Cukup masa lalu menjadi pelajaran. Membuat orang tua sedih, menghilangkan barang tentu ada imbasnya.
Cukup saat kebutuhan buat melubangi telinganya dan setelah besar juga tidak dipake. Ada juga yang akhirnya hilang. Karena mungkin benda itu terlalu kecil sehingga luput saat terjatuh.
Terbiasalah kami meski wanita tidak memakai perhiasan. Apakah itu anting, kalung, gelang dan cincin. Bukan tidak ada ... Alhamdulillah selain mahar suami pernah memberi hadiyah di awal pernikahan. Tapi tidak bisa digunakan.
Yang cincin sudah tidak muat. Akibat lahiran sekian anak, ukuran jarinya membesar. Kalungnya sudah tergadai buat apa sudah lupa. Itulah kehidupan. Kebutuhan makan dan sekolah menjadi prioritas dari sekedar memakai perhiasan.
Apakah tidak ingin punya perhiasan? tentu ada keinginan normal itu. Senang melihat seorang istri diberi hadiyah perhiasan oleh suaminya. Senang melihat orang memakainya. Tapi tidak buat diriku, selain sikap teledor tadi, juga tidak ingin lagi mengecewakan yang memberi jika hilang atau terjual. Dan tidak berani bermimpi, meski mimpi itu gratis, lebih baik berangan-angan yang lain.
Kenangan dengan emas perhiasan ini membuat trauma ternyata. Meski seharusnya kita proposional, bahkan emas adalah nilai yang sangat stabil. Jadi kudu seimbang dalam bersikap dan menilai. Akhirnya saat bisa membelinya, lebih diutamakan membeli emas batangan, begitu saran banyak orang. Dan itu adalah salah satu hadiyah yang bermanfaat jika diberikan.
Seian puluh tahun kemudian.
" Umi, ini hadiyah buat Umi". Kata anak-anak diusiaku yang di atas kepala lima dan sudah ada cucu. sepasang anting-anting camtik, indah dan berharga tentunya.
"Alhamdulillah ....".
"Pake Umi, pasti tambah cantik" kata yang lain, iyalah, kan perempuan.
Masya Allah, benar sih ... mesti tambah cantik, yang biasa tidak pake lalu memakai, jelas beda ya. yang senang tentu siapa lagi kalau bukan suami dan semua anak-anak, kami pun tertawa bahagia.
Barang kecil dalam situasi dan kondisi yang tepat, mampu memberikan kebahagian, apalagi benda itu dibeli dengan patungan dan niat membahagiakan Umi. Jazakumullah ya suami dan anak-anaku semua. Sekarang Umi pake anting-anting, yang lama terkubur dan tak pernah berharap dan ingin membelinya lagi. Kini terwujud tanpa diduga. Masya Allah, Alhamdulillah.
Comments
Post a Comment