I ‘m Proud of You 

@MuznaNAs

Membunuh bosan dalam penjara tua - Merawat Indonesia


I’m proud of you”.
Adalah kata kata yang harus aku ucapkan... setelah kudengar semua kisahmu. Tidak ada yang minta sesuatu yang buruk bagi kehidupannya. Semua ingin kehidupan yang baik, normal dan bahagia. Namun Allah mentaqdirkan semua ini terjadi atasmu.
 Laa... tahzan.. Innallaha ma’anaa”.
Laa yukalifullaha nafsan illa wus’ahaa...”
Ayat-ayat inilah yang mampu menghiburmu agar kau bisa kuat menapak, bisa tetap jalani kehendak Allah, dan bisa ikhlas menerima taqdir. Sudah jadi suratan hidup keluargamu. Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik, dari yang kau rasakan di dunia. Hidup di dunia hanya 1,5 jam waktu akhirat ternyata. Semoga pengadilan Allah kelaklah yang akan menunjukkan kebenaran yang sesungguhnya. 

Aku tidak bisa membanyangkan jika kejadian itu menimpa kami. Tidak berani pula membayangkannya. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Kami berlindung dari hal yang kami tidak mampu memikulnya. Maka aku patut menyampaikan rasa hormat, rasa bangga, rasa syukur, kau mampu menjalaninya. Tetap menjaga visi misi keluarga. Tetap menjaga kemurnian agama dalam diri anak-anak. Dan menyiapkan anak-anak mampu menerima ujian yang belum saatnya mereka rasakan. Allah punya rencana lain untukmu. Karena sesungguhnya kini Allah sedang menuntun mu dan mendidik anak-anakmu menjadi sangat tangguh. Memiliki imun yang handal. Dan mempunyai benteng pertahanan yang kuat, untuk menjalani kehidupan kini maupun esok kelak.  

Tersenyumlah.... bangkitlah, tunjukkan pada dunia, kaulah pahlawan ketahanan keluarga. Kaulah benteng pertahanan keluargamu. Kaulah yang akan menghantarkan buah hati menuju kesuksesan. Kau sudah memiliki kunci keluar dari problem solving dalam keluarga yang tengah berlangsung. Kau hamba pilihan Allah.  Jangan ragu melangkah, hijrah  dan semua keputusan kau ambil, semoga yang terbaik bagi dirimu dan anak-anakmu.

Orang jika mendengar kasusmu, bisa memiliki dua persepsi. Ada yang positif, sebagaimana yang saya ungkap diatas. Namun juga ada yang negatif. Menyalahkan suamimu, menyalahkan komunitas yang kita bangun bersama, dan yang nyinyir menjatuhkan suamimu. Serta menyalah-nyalahkan yang lainnya. Tidak ada hentinya. Padahal kita saksi keteguhan suami mu, berjuang mencari nafkah untuk keluarga. Kami juga saksimu, kau tetap berbagi dalam kelebihan hartamu. Kau tetap tawadhu dalam kondisimu yang jauh di atas rata-rata teman kita dari sisi ekonomi.  Berbisnis yang suamimu lakukan memang bukan ecek-ecek. Tapi usaha kelas Kakap, atau bahkan kelas ikan Paus. Saking besarnya proyek yang dihandel. Dan saat berhasil, goncangan fitnahnya juga menjadi lebih besar dari yang hanya  usahanya kelas teri. Yang cemburu dan tidak suka atas keberhasilan suamimu tidak hanya musuh-musuhmu. Namun katamu termasuk teman-teman dekat. Masya Allah... begitukah fitnahnya harta?, bahkan menurutmu yang berdusta untuk menyelamatkan dirinyapun adalah teman sendiri. Astaghfirullah. Apalagi musuh di luar sana?  Mereka lebih berusaha keras menjatuhkan suamimu.

Percaya atau tidak, aku  adalah pendengar yang baik semua cerita yang kau ungkapkan .... suamimu berusaha mengamankan diri, keluarga dan teman serta komunitas dengan berkorban lebih banyak untuk itu semua. Apalagi ini? sebuah permainan yang sudah diketahui banyak orang didalam “rumah berbaju putih hitam”.  Uang sebagai pemulus urusan sudah menjadi biasa disana. Dari tingkat petinggi hingga bawahannya. Sehingga untuk itu semua kau harus merelakan menjual secara perlahan-lahan semua aset yang kau miliki dan telah diusahakan sekian lama. Betapa biaya untuk sebuah keutuhan keluarga menjadi begitu mahal. Betapa banyaknya  biaya yang harus kau keluarkan  untuk menutup mulut-mulut para penjaga dan pengurus semua urusanmu dan suami. Masya Allah... serasa saya berada dalam sebuah alam lain yang belum pernah saya kunjungi, atau lebih pas seperti kisah dalam sinetron. Boleh jadi kisah dalam sebuah sinetron itu memang ada kejadiannya. Dan dibuat film agar menjadi pelajaran bagi yang lainnya. Dan kini itu terjadi dan nyata saya lihat ada pada dirimu.  

Rasa benci, dendam, iri, berbohong, kekesalan yang tertumpah, lupa kawan, lupa saudara, cari selamat dan aman serta rasa lainnya yang susah untuk diungkapkan. Karena begitu banyaknya hal yang tidak nyaman kau rasakan. Dan karena ternyata begitu rumit untuk difahami akal sehat manusia normal seperti kita. Yang pikirannya lurus, polos, positif dan baik kepada siapa saja. Tidak pernah terbayangkan ada suatu dunia seperti ini. Dan mataku terbuka dengan kasus dirimu. Dan berlindung kepada Allah.

Pernahkan kau merenung?, ini pertanyaan yang belum sempat saya ungkap kepadamu. Ibrah apa yang Allah sedang berikan? Adakah khilaf dirimu dan suamimu? Yang mungkin belum kau mohonkan ampunan kepada Allah? Tapi pertanyaan itu berat saya ungkapkan. Karena sebuah kabar yang sangat tidak nyaman didengar. Jangankan istrinya yang tahu, orang lain tahu saja tidak nyaman. Apa itu? fitnah pria atas wanita.  Sulit diterima kebenarannya. Namun terjadi. Selama dilakukan dengan benar, semua isu mendua itu tidak ada masalah. Akan jadi masalah saat dilakukan dengan dusta dan tanpa keadilan. Bahkan posisinya disimpan tanpa diketahui dirimu? Ini baru masalah. Saya berharap dirimu tahu dan bisa memaafkan suami dan menjadi istri sholihah tetap bersamanya. Mendampingi dalam suka dan duka.

Dalam posisi suamimu sekarang, kau harus bolak balik melayani suami dan juga anak-anakmu. Sampai kau berusaha memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anakmu, agar tidak jauh dari suami dan kau lebih dekat melayani suami. Hijrah adalah pilihan, Semoga ikhtiar ini akan memberikan kebaikan bagi semua. Saat ditempat lamapun, kau sudah mampu memberikan alasan yang bisa diterima anak-anakmu. Sehingga mereka tidak bertanya lebih jauh. Logika yang kau gunakan adalah “sekolah”. Ya... ayah anak-anak sedang sekolah, belajar dari suatu peristiwa dalam kehidupannya yang berefek panjang. Kalau anak-anak bertanya? Kapan lulusnya ayah mereka?. Kau akan berdiplomasi dengan jeli. Hingga anak-anak faham  bahwa ujiannya sangatlah rumit. Sehingga cukup lama untuk lulus. Namun kau akui bahwa suatu saat mereka akan tahu mengapa ini terjadi pada keluarga mereka dan ayah mereka. Kau hanya ingin, anak-anak tetap bangga dengan ayah mereka. Kau ingin ayah tetap dalam kebaikan dihadapan anak-anak. Dan subhanallah... kau mampu menghadirkan ayah dalam suasana apapun dalam rumah kalian. Dan anak-anak selalu dapat melepas rindu mereka dengan sarana media saat ini, semua dapat dilakukan. Kadang ada sedihnya, saat pertanyaan mereka “Kapan ayah pulang?” janji yang tidak pernah dijawab dengan pasti. Namun mampu membuat anak-anak tetap taat belajar dengan baik. Suatu skenario yang hebat.

Sebuah musibah, mampu kau olah menjadi banyak kebaikan dihadapan anak-anakmu. Sebuah kecelakaan  di masa lalu sekalipun, mampu kau hadirkan untuk kebersamaan, agar bisa bertemu dengan ayah mereka. Ini yang saya katakan suatu skenario yang hebat. Sehingga dihadapan anak-anak. Ayah mereka baik-baik saja. Mereka tetap percaya padamu sebagai ibu mereka, bahwa ayah mereka baik-baik saja. Mereka sudah membuktikan, hanya masalah waktu.

Kau juga banyak memberikan pelajaran kehidupan yang banyak kepada anakmu yang sudah sekolah menengah sekarang. Dia tentu tidak bisa terus dislamurkan lagi. seperti saat dia TK atau SD. Dia sudah perlahan-lahan kau jelaskan yang sesungguhnya.dan subhanallah, penerimaannya sangat mudah. Karena prolog darimu selama ini begitu mulus. Anak tetap sayang dan bangga dengan ayah mereka. Coba jika kau tidak mengkondisikan dengan baik. Maka kita sudah tahu apa yang akan terjadi tentu sebaliknya. Banyak di luar sana, tidak dalam musibah seperti mu saja, anak membenci kepada ayah mereka, hanya karena ayah mereka tidak mampu memberikan nafkah yang cukup bagi keluarga. Bahkan sampai akan bekelahi karena ayah tidak berusaha membayar spp kuliahnya. Masya Allah. Ini yang saya katakan saya bangga dengan ikhtiar yang kau usahakan selama ini.

Setiap kita bertemu, kau bercerita banyak hal. Saya tahu ini adalah bagian dari upayamu melepas beban yang sedang kau hadapi. Kau juga butuh teman untuk mencurahkan isi hatimu (curhat). Karena kau pernah bilang, suamimu curhatnya ya kepadamu. Resah dan gelisahnya dicurahkan kepada mu. Belum selesai urusan suami mu, kau juga jadi tempat curhat semua keluarga dari pihak dirimu dan juga dari pihak suami. Yang kau katakan, dalam kondisimu yang sedang seperti inipun, mereka maksudnya saudara-saudara itu tetap meminta perhatianmu. Tetap meminta jatah upeti darimu. Yang kadang kau juga kesal, lelah, cape dan semua resah yang manusiawi. Namun kau harus hadapi semua masalah ini. Kau harus tetap tegar. Kau harus tetap tersenyum demi masa depan anak-anakmu. Demi keutuhan keluargamu. Agar tidak terfitnah kefanaan dunia.  

Masa menanti itu akan menjadi panjang, jika kau hadapi dengan gresulo. Namun kau berprinsip akan menhadapinya dengan kebahagiaan. Ini pilihan. Semua sudah terjadi. Semoga waktu delapan tahun, akan menjadi waktu yang baik-baik saja. Mampu dijalani dengan kebaikan dunia dan akhirat. Semoga Allah ringankan urusan ini. Semoga semua ini mejadi pengampun dosa kalian. Khususnya suamimu. Dan kau selalu berpositif thingking kepada Allah.

Dalam suasana itu semua, kau juga tetap menerima amanah da’wah. Kau tetap menjalankan amanah suamimu. Agar kau tidak diberi fasilitas apapun dari amanah yang kau emban. Suamimu ingin kau bebas berekspresi, tanpa dibebani berhutang budi. Suamimu ingin kau tetap ikhlas. Mungkin sangat ideal. Tapi itulah dirimu. Terimaksih kau pernah membantu saya. Kau juga sudah membantu yang lain dalam dunia ber-amal jama’i.  Semoga di tempat baru kau bisa beradaptasi dengan baik. Dan mendapatkan apa kau cari disana. Semoga Allah limpahkan kesabaran. Dan Allah berikan kemudahan segala urusan mu. Yang masih terus harus kau hadapi. Aamiin. Ya... Rabbal...’alamin.





Comments

Popular posts from this blog