Akibat catering dan sebab corona.
"Bagaiamana rasa sayur asem yang Umi buat?”, tanyaku ditengah menyantap makan siang hari
ini. Aku sudah berusaha membuat menu beragam, dengan berdebar-debar, karena
jarang banget masak. Wajah-wajah itupun nampak sulit mengatakan,
"Hm … apa ya?" yang satu menerawang.
"Ada yang kurang apa toh ini? " yang lain
menimpali.
"Biasanya tidak keruh kan Mi?" tanya
lainnya.
"Ini Umi buat yang diulek bumbunya, tapi
cabenya tidak, ada yang sama cabenya
juga dihalusan".
"Itu lho Mi, terasinya, ini tidak pake ya?” yang
lain menemukan rasa apa yang kurang.
"Terasinya di sambel ini lho" jawabku
membela.
“Abi jadikan satu sambalnya, malah jadi pas ini” ucap
suami. Aku tersenyum mesem, jika wajahku di sorot kamera, kaya gimana gitu ya.
Santai ajalah, meski ada malu juga sih.
Begitu
sedikit … ketidak nyamananku, sehari-hari akibat corona ini. Sudah beberapa
tahun, kami berlangganan catering, jadi jarang masak. Sesekali saja masak saat
waktu khusus dan istimewa. Maka dengan kondisi stay at home ini aku jadi
berpikir menu apa besok hari?. Sejak makan siang selesai, maka otakku berputar
lagi menemukan ide lain, makan apa nanti malam bahkan sampai rencana menu apa besok
hari, dan hari-hari berikutnya. Agar bisa sekalian belanja, sehingga tidak
banyak keluar rumah, atau bisa pesan belanjaannya.
Keadaan
serupa tentunya sama dialami semua ibu di saat pandemi ini. Kalau dulu ibu kita
punya catatan resep masakan, jaman kita sekarang berbeda, mau buat apa tinggal
cari di cannel you tube,
semua ada. Kemudahan ini mestinya tidak ada alasan lagi buat para bunda dan
emak. Yang penting ada bahannya dan yang lebih penting lagi ada bugetnya
buat dibelanjakan. Hehe.
Secara
fitrahnya, wanita itu bisa melakukan banyak hal, terutama segala hal tentang
tanggung jawab di rumahnya. Namun jika diminta memilih, ‘masak atau
membersihkan rumah?’ Maka aku akan menjawab ”membersihkan rumah”. Dan itu sejak
dahulu kala, bersama adik-adik di rumah.
Jika ibuku dulu memberikan pilihan, namun jika tidak memberi pilihan, maka aku
akan melihat apa yang bisa aku bantu dari kegiatan ibu saat itu. Kadang
bergantian, aku membereskan rumah, adik membantu masak, dan kadang aku yang
membantu masak.
Nah
arenanya soal masak-memasak tidak terlalu pintar, boleh dimaklumi ya. Tapi in
sya Allah bisa bahkan semangat, sebab memasak buat seorang ibu adalah ibadah,
bukankah demikian?. Maka rencanakan, niatkan ibadah dan lakukanlah dengan
senang hati. Inilah hikmah akibat
catering jadi tidak prigel memasak, dan sebab corona aku jadi lebih banyak
berlatih memasak. Terimakasih buat apapun yang sudah terjadi.
.
.
#kelassalmanmenulis1
#safjogja
#covid-19stories
Comments
Post a Comment